TEROPONGPUBLIK.CO.ID - Keindahan alam yang dahulu membentang luas di kawasan hutan konservasi kini semakin tergerus. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan penambangan batu bara di sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) menimbulkan dilema bagi masyarakat setempat.
Di satu sisi, eksploitasi sumber daya alam terus berlangsung dengan berbagai aktivitas industri, termasuk tambang emas tradisional yang dikelola oleh segelintir warga. Namun, kesejahteraan masyarakat sekitar justru tidak mengalami peningkatan. Dampak ekonomi yang dijanjikan dari proyek-proyek besar seperti PLTA dan pertambangan batu bara tak sepenuhnya dirasakan oleh warga lokal.
“Kami hanya bisa menambang emas secara kecil-kecilan. Untuk mendapatkan bahan kimia legal, kami terpaksa berutang karena keterbatasan ekonomi. Saat kami mencoba mengurus izin agar tambang emas tradisional diakui dan bisa membeli bahan kimia secara legal, selalu ada hambatan,” ungkap seorang warga yang enggan disebut namanya.
Kondisi ekonomi yang sulit memaksa sebagian warga bertahan dengan mengolah lahan pertanian yang semakin sempit. Sementara itu, banyak yang memilih merantau ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) demi mencari penghidupan yang lebih layak.
Ketidakpastian juga merambah sektor pemerintahan. Sejumlah tenaga honorer merasa terpinggirkan akibat proses seleksi pegawai pemerintah yang diduga tidak transparan. “Lulus PPPK atau CPNS kini seperti mimpi bagi kami yang tidak punya uang pelicin,” ujar seorang tenaga honorer yang telah mengabdi bertahun-tahun.
Keresahan warga semakin bertambah dengan situasi pemerintahan desa yang carut-marut. Di beberapa desa, muncul fenomena kepala desa ganda, yang menimbulkan kebingungan dalam pengambilan kebijakan serta layanan publik.
Kondisi ini mencerminkan ketimpangan antara eksploitasi alam yang masif dan kesejahteraan masyarakat yang semakin terpinggirkan. Warga berharap pemerintah segera turun tangan untuk memastikan bahwa pembangunan dan eksploitasi sumber daya alam benar-benar membawa manfaat bagi masyarakat sekitar, bukan hanya menguntungkan segelintir pihak.
Pewarta: Harlis