Skip to main content

Gema Takbir Mengalun Syahdu, Rindu pada Ayah Kian Menyesak

Gema Takbir Mengalun Syahdu, Rindu pada Ayah Kian Menyesak

TEROPONGPUBLIK.CO.ID - Gema takbir semakin syahdu mengalun di langit malam. Sejak pertama kali takbir berkumandang beberapa jam lalu, suasana tetap sama, namun ada perasaan yang semakin melesak dan menyesak di dada. Bagi sebagian orang, momen Idulfitri adalah kebahagiaan, tetapi bagi yang telah kehilangan orang tercinta, lebaran sering kali membawa rasa rindu yang mendalam.

“Ini tahun ke-46 aku berlebaran tanpa Ayah tercinta.”

Kalimat itu terlintas di benak seorang anak yang telah lama kehilangan sosok ayahnya. Meski telah berusaha menepis perasaan melankolis, nyatanya rindu tetap menghujam begitu dalam. Ungkapan serupa juga banyak muncul di media sosial. Seorang teman menulis di statusnya, “Takbir mulai berkumandang... Aku merindukanmu, Ayah.”

Mereka yang telah kehilangan orang tua memahami betapa besar arti kehadiran seorang ayah di hari yang fitri. Ucapan, doa, dan kehangatan yang dulu terasa kini hanya bisa dikenang. Seorang sahabat mengatakan bahwa tak ada jalan lain selain mendoakan mereka yang telah berpulang. “Doa anak yang tulus akan menjadi lentera bagi orang tua di alam sana.”

Bagi mereka yang masih memiliki orang tua, momen Idulfitri adalah saat yang tepat untuk menunjukkan kasih sayang, meminta restu, dan membahagiakan mereka. Namun, bagi yang sudah kehilangan, cara mereka merayakan rindu pun berbeda. Jika dahulu ziarah kubur menjadi tradisi utama, kini refleksi rindu bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengirimkan doa, berbagi kisah, atau bahkan menulis kenangan tentang sosok yang telah tiada.

“Kita telah terpisah raga, itu yang tampak di mata. Tapi, rasa di hati tetap sama.”

Kematian memang menjadi pintu gerbang menuju keabadian, namun kerinduan tetap melekat. Di setiap gema takbir, ada doa yang terselip, ada kenangan yang kembali menyeruak, dan ada cinta yang tak pernah pudar. Bagi mereka yang telah pergi, hanya doa yang bisa menjadi penghubung antara dunia dan akhirat.

Momen Idulfitri bukan hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga tentang mengenang dan mendoakan mereka yang telah berpulang. “Semoga Idulfitri tak hanya menjadi perayaan, tetapi juga pengingat untuk selalu menghantarkan doa bagi orang tua yang telah tiada.”

Rindu ini akan tetap ada, tak akan pudar, hingga kapan pun. “Kami mencintaimu, Ayah, selamanya.”(AMG)