TEROPONGPUBLIK.CO.ID <<>> Dalam upaya memperkuat efektivitas bauran kebijakan Bank Indonesia (BI) di tingkat daerah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu terus memperkuat sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk media massa. Salah satu langkah konkret yang kembali dilakukan pada tahun ini adalah penyelenggaraan kegiatan pelatihan wartawan ekonomi, yang dilaksanakan selama tiga hari di Kota Curup, Kabupaten Rejang Lebong, pada 25–27 Mei 2025.
Kegiatan yang bertajuk Capacity Building Wartawan Ekonomi ini mengusung tema “Sinergi Memperkuat Komunikasi Kebijakan Bank Indonesia di Daerah”, dan diikuti oleh puluhan jurnalis dari berbagai media cetak, daring, hingga penyiaran radio dan televisi lokal yang aktif melakukan peliputan di wilayah Provinsi Bengkulu.
Dalam sambutannya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, Wahyu Yuwana Hidayat, menekankan pentingnya peran media sebagai mitra strategis dalam penyebarluasan informasi ekonomi. “Media massa bukan hanya penyampai kabar, tapi juga mitra pembangunan. Di era disrupsi informasi ini, dibutuhkan jurnalis yang tidak hanya cepat dalam memberitakan, tetapi juga cermat, edukatif, dan berintegritas tinggi dalam mengemas isu-isu ekonomi,” ujar Wahyu.
Wahyu Yuwana Hidayat menambahkan bahwa Bank Indonesia memiliki mandat utama dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, dan dalam menjalankan peran tersebut, komunikasi menjadi pilar penting. “Tanpa komunikasi yang efektif dan kredibel, kebijakan ekonomi tidak akan memiliki resonansi yang kuat di masyarakat. Di sinilah media memainkan peran penting sebagai jembatan antara kebijakan dan pemahaman publik,” katanya.

Pelatihan ini menghadirkan berbagai narasumber ahli, baik dari internal Bank Indonesia, akademisi, hingga praktisi komunikasi. Materi yang diberikan mencakup pengantar makroekonomi dan kebijakan moneter, stabilitas sistem keuangan, digitalisasi sistem pembayaran, serta strategi komunikasi ekonomi di era digital. Para jurnalis juga diajak untuk mendalami isu-isu strategis seperti pengendalian inflasi daerah dan pemberdayaan UMKM berbasis klaster.
Tidak hanya menerima materi dalam bentuk kelas, peserta juga dilibatkan dalam diskusi kelompok dan studi kasus. Metode ini dirancang agar peserta mampu memahami kebijakan secara substantif sekaligus menyampaikan isu ekonomi dalam bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat umum.
“Melalui pelatihan ini, kami berharap para jurnalis dapat menjadi agen literasi ekonomi dan keuangan, serta membantu menciptakan persepsi publik yang positif terhadap kebijakan BI,” tutur Wahyu lebih lanjut.
Di tengah pelatihan, Bank Indonesia juga mengajak peserta untuk melakukan kunjungan lapangan ke beberapa UMKM binaan BI di Kecamatan Sindang Dataran, Kabupaten Rejang Lebong. Salah satu UMKM yang menjadi perhatian khusus adalah Lestari Coffee, yang dikelola oleh Supriyadi, seorang petani kopi lokal yang telah mengharumkan nama daerah di kancah internasional.

Supriyadi, pemilik usaha kopi robusta ini, baru-baru ini mencatatkan prestasi membanggakan dengan keberhasilan produknya menembus ajang World of Coffee 2025 yang akan diselenggarakan di Jakarta. Keikutsertaan kopi dari Bengkulu dalam ajang internasional ini menjadi bukti nyata bahwa kualitas produk lokal mampu bersaing secara global jika dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.
“Kami sangat bersyukur atas dukungan dari Bank Indonesia, yang sejak awal membina dan mendampingi kami. Mulai dari pelatihan pascapanen, peningkatan kualitas, hingga persiapan mengikuti kompetisi dunia,” ungkap Supriyadi saat dikunjungi oleh peserta pelatihan.
Supriyadi menceritakan bahwa kopi miliknya berhasil lolos seleksi awal setelah memperoleh skor 81,83 dari lembaga penilai kopi LED 5758 di Bandung. Dari seluruh robusta yang dikirim ke ajang tersebut, hanya 10 yang lolos seleksi lanjutan. Hebatnya, Kopi Lestari masuk dalam lima besar, bersaing dengan robusta unggulan dari daerah seperti Lampung, Jambi, dan Aceh.
Keberhasilan ini tidak diperoleh dengan mudah. Supriyadi mengungkapkan bahwa di kebunnya ia menanam delapan hingga sembilan klon kopi robusta unggulan. Ia sendiri yang menyeleksi buah terbaik, memproses pascapanennya secara teliti, hingga menghasilkan rasa yang khas dan konsisten.

“Menjadi petani sekaligus pengolah kopi memberi saya keunggulan dalam memahami cita rasa dari setiap klon. Saya tahu mana yang terbaik untuk dikirim ke kompetisi,” jelasnya.
Bank Indonesia menilai Supriyadi sebagai salah satu mitra UMKM binaan yang menunjukkan transformasi signifikan berkat proses pembinaan berkelanjutan. Kepala BI Bengkulu, Wahyu, mengatakan bahwa pemberdayaan UMKM menjadi salah satu prioritas strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.
“UMKM memiliki kontribusi besar terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, kami mengembangkan program pemberdayaan UMKM melalui pendekatan klaster, fasilitasi akses pembiayaan, pelatihan manajemen, hingga promosi produk secara nasional dan internasional,” ujar Wahyu.
Bank Indonesia Bengkulu saat ini memiliki beberapa klaster unggulan, antara lain:
• Klaster kopi, yang tersebar di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang
• Klaster olahan pangan, mencakup makanan khas seperti keripik pisang, dodol, dan lainnya
• Klaster hortikultura dan pertanian, yang difokuskan pada peningkatan produksi pangan strategis
Setiap klaster mendapatkan pembinaan mulai dari hulu hingga hilir, termasuk pelatihan peningkatan kualitas produk, pengemasan, pemasaran digital, hingga pencapaian sertifikasi halal dan BPOM. BI juga mendorong UMKM untuk melakukan digitalisasi transaksi melalui sistem pembayaran QRIS, agar proses transaksi menjadi lebih efisien dan terdokumentasi.
Dalam aspek akses pembiayaan, BI memfasilitasi kegiatan business matching antara pelaku UMKM dan lembaga keuangan, serta mendorong UMKM untuk membentuk badan usaha formal agar lebih mudah mengakses kredit perbankan.

Untuk memperluas pasar, Bank Indonesia juga aktif mempromosikan produk UMKM dalam berbagai pameran nasional, seperti Karya Kreatif Indonesia (KKI), dan mendukung pemasaran daring melalui platform marketplace serta media sosial. Hal ini disinergikan dengan program edukasi branding dan konten digital untuk meningkatkan daya saing produk di era modern.
Lebih lanjut, Wahyu menegaskan bahwa Bank Indonesia juga berperan dalam pengendalian inflasi daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Stabilisasi harga bahan baku dan komoditas utama menjadi elemen penting dalam menjaga biaya produksi UMKM tetap kompetitif.
“Sinergi lintas sektor, termasuk dengan media, sangat penting agar informasi tentang upaya pengendalian inflasi dan program pemberdayaan ekonomi bisa sampai ke masyarakat secara utuh,” ujar Wahyu.
Kegiatan Capacity Building wartawan ini juga menjadi sarana untuk mendengar langsung masukan dari media terhadap pelaksanaan kebijakan Bank Indonesia di lapangan. Dalam sesi dialog terbuka, para jurnalis memberikan berbagai masukan mulai dari perlunya data yang lebih terperinci untuk liputan ekonomi, hingga tantangan menyampaikan informasi ekonomi secara sederhana kepada publik.
Wahyu menyambut baik semua masukan tersebut dan menyatakan bahwa keterbukaan dan dialog dengan media akan terus dibangun. “Kami ingin menjadikan media sebagai mitra sejati dalam membangun pemahaman ekonomi yang inklusif. Dengan pelatihan ini, kita berharap semakin banyak wartawan di Bengkulu yang mampu menjadi referensi utama dalam informasi ekonomi,” pungkasnya.
Pelatihan ditutup dengan komitmen bersama antara Bank Indonesia dan wartawan ekonomi untuk terus meningkatkan kapasitas, memperkuat jaringan informasi, dan mengedukasi publik mengenai pentingnya literasi ekonomi sebagai pondasi pembangunan yang berkelanjutan.
Ke depan, Bank Indonesia Bengkulu berencana untuk memperluas cakupan pelatihan, tidak hanya kepada jurnalis, tetapi juga pelaku UMKM, pelajar, dan komunitas masyarakat umum. Sinergi yang kokoh antara lembaga negara, media, pelaku usaha, dan masyarakat luas diyakini akan mempercepat terwujudnya ekonomi Bengkulu yang tangguh, inklusif, dan berdaya saing tinggi di tingkat nasional maupun global.
Pewarta : Amg
Editing : Adi Saputra