Skip to main content

Wali Kota Bengkulu Apresiasi Penataan DDTS, Tantang Lurah dan Camat Bebaskan Area dari Kursi Pedagang

Wali Kota Bengkulu Apresiasi Penataan DDTS, Tantang Lurah dan Camat Bebaskan Area dari Kursi Pedagang

TEROPONGPUBLIK.CO.ID  <<<>>>  Wali Kota Bengkulu, Dedy Wahyudi, memberikan apresiasi kepada Lurah Dusun Besar dan Camat Singaran Pati, Alex Periansyah, atas upaya mereka membujuk warga yang berjualan di kawasan wisata Danau Dendam Tak Sudah (DDTS) untuk membongkar tenda dan payung dagangan di sepanjang tepi danau. Keberhasilan tersebut dinilai sebagai langkah awal yang positif dalam upaya penataan ulang kawasan wisata tersebut.

Namun demikian, Dedy menyoroti masih adanya bangku dan meja milik pedagang yang tersebar di sekitar area danau. Keberadaan fasilitas tersebut dianggap mengurangi kenyamanan pengunjung umum, terutama mereka yang hanya ingin duduk bersantai tanpa harus melakukan pembelian.

“Langkah awal sudah baik, atap dan payung sudah dibongkar. Tapi saya minta lebih jauh lagi, kursi dan meja yang masih ada tolong dibujuk juga agar dibongkar atau dipindahkan. Area publik ini harusnya bisa digunakan siapa saja tanpa syarat,” ujar Dedy.

Sebagai bentuk dorongan, Wali Kota memberikan tantangan langsung kepada lurah dan camat untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan cara persuasif. Ia menekankan pentingnya pendekatan humanis dalam penataan kawasan, seraya mencontohkan keberhasilan proses serupa di Pasar Panorama dan kawasan wisata Pantai Panjang, di mana warga dan pedagang dengan kesadaran sendiri membongkar lapak tanpa paksaan.

Jika berhasil menjalankan tantangan ini, Dedy menjanjikan “tiket promosi jabatan” bagi kedua pejabat tersebut. Meski tidak menyebutkan secara spesifik posisi yang dituju, Dedy memastikan bahwa promosi tersebut merupakan bentuk penghargaan atas kinerja, bukan karena kedekatan pribadi.

“Ini adalah bagian dari sistem merit. Siapa yang bekerja keras dan mampu menuntaskan tugas dengan baik, akan kami beri apresiasi. Naik jabatan bukan soal siapa dekat dengan pimpinan, tapi siapa yang menunjukkan hasil,” tegasnya.

Dedy juga menegaskan bahwa hak publik atas ruang terbuka harus dikembalikan. Menurutnya, pengunjung tidak semestinya diharuskan membeli hanya demi bisa duduk di tepi danau.

“Sering kali masyarakat hanya ingin menikmati suasana danau, duduk santai bersama keluarga atau teman. Tapi karena semua bangku dikomersialkan, hak publik ini seperti diambil alih. Kita ingin itu berubah,” tambahnya.

Dengan tantangan ini, Dedy berharap kawasan DDTS bisa menjadi ruang terbuka yang benar-benar inklusif dan nyaman untuk semua kalangan, tanpa tekanan dari aktivitas komersial yang berlebihan.

Pewarta : Amg

Editing : Adi Saputra