TEROPONGPUBLIK.CO.ID <<<>>> Di tengah tantangan zaman dan gempuran produk industri berskala besar, kehadiran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mampu berdiri tegak dengan mengandalkan kekuatan lokal adalah sebuah harapan. UMKM Sari Aren di Desa Air Meles Atas, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, adalah salah satu contohnya. Di balik butiran manis gula aren yang mereka hasilkan, tersimpan cerita tentang ketekunan, inovasi, dan keberpihakan terhadap produk dalam negeri.
Binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bengkulu ini telah menunjukkan bahwa produk lokal tidak hanya bisa bersaing, tetapi juga bisa menjadi inspirasi. Dengan merek "Sari Aren", UMKM ini tak lagi sekadar membuat gula aren biasa. Mereka menghadirkan varian-varian kreatif seperti gula aren jahe merah, kopi gula aren, dan gula aren cair yang menjawab kebutuhan pasar modern—pasar yang kini semakin sadar akan pentingnya produk alami dan berkualitas.
Apa yang membuat Sari Aren begitu menarik bukan hanya produknya, tetapi juga proses di baliknya. Dengan menggabungkan kearifan lokal dan teknologi modern, mereka menjadikan produksi gula aren sebagai proses yang higienis dan efisien. Mulai dari pemilahan bahan baku hingga pengemasan, semua dilakukan dengan standar tinggi. Bahkan pengunjung yang ingin melihat proses produksi diwajibkan memakai hand sanitizer—sebuah detail kecil yang mencerminkan komitmen besar terhadap mutu dan kebersihan.

Di era di mana banyak UMKM masih berjuang hanya untuk bertahan, Sari Aren mampu memproduksi hingga 500 kilogram gula aren bubuk per hari dengan omzet mencapai Rp 120 juta per bulan. Ini bukan angka kecil bagi sebuah UMKM yang beroperasi di desa. Bahkan lebih dari itu, distribusi produk yang telah merambah Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi menunjukkan bahwa produk desa pun bisa diterima secara nasional. Ini membuktikan satu hal penting: kualitas tidak mengenal batas geografis.
Namun, keberhasilan Sari Aren tidak datang begitu saja. Dukungan dari Bank Indonesia, baik dari sisi pembinaan maupun fasilitasi teknologi, menjadi faktor penting. Tapi yang lebih penting adalah semangat dan keberanian UMKM itu sendiri untuk berubah dan tumbuh. Mereka tak hanya menjalankan bisnis, tetapi juga membangun harapan baru bahwa UMKM bukan hanya pelengkap ekonomi, melainkan tulang punggungnya.
Indonesia memiliki ribuan bahkan jutaan UMKM lain seperti Sari Aren. Sayangnya, tidak semuanya mendapat sorotan atau dukungan yang cukup. Inilah saatnya pemerintah dan lembaga terkait memperluas tangan mereka. Karena ketika UMKM diberi ruang, fasilitas, dan bimbingan, mereka bukan hanya akan bertumbuh—mereka akan terbang.
UMKM Sari Aren adalah bukti bahwa dengan tekad, kualitas, dan dukungan yang tepat, produk desa bisa mendunia. Mereka tidak hanya memproduksi gula aren. Mereka memproduksi inspirasi, manisnya harapan, dan masa depan ekonomi Indonesia yang lebih mandiri.
Penulis : AMINUDIN